Jawa Timur Tanah Pahlawan, Jejak Kerajaan Besar Nusantara


Jawa Timur Tanah Pahlawan, Jejak Kerajaan Besar Nusantara

Ketika mentari terbit dari ufuk timur Pulau Jawa, cahaya hangatnya tak sekadar menyinari lahan pertanian dan kota-kota besar, tetapi juga menyinari sejarah panjang sebuah tanah penuh makna: Jawa Timur. Inilah bumi tempat kerajaan besar lahir, semangat perjuangan tumbuh, dan peradaban berkembang.

Jawa Timur bukan sekadar wilayah administratif—ia adalah saksi sejarah bangsa. Dari masa keemasan Kerajaan Majapahit hingga pertempuran heroik melawan penjajah, setiap jengkal tanahnya menyimpan cerita. Maka tidak heran, setiap tanggal 12 Oktober, masyarakat merayakan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur sebagai bentuk penghormatan atas perjalanan panjang sejarah dan jati diri mereka. Penetapan hari jadi ini berakar pada berdirinya Majapahit pada 12 Oktober 1293, yang dianggap sebagai tonggak penting lahirnya peradaban besar di wilayah ini.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Jawa Timur telah menjadi pusat pemerintahan kerajaan-kerajaan besar Nusantara. Sekitar abad ke-10, Kerajaan Medang berdiri megah, disusul Kerajaan Kediri dengan Raja Jayabaya yang terkenal akan ramalannya. Lalu datang Kerajaan Singhasari, dipimpin Ken Arok — tokoh legendaris dengan kisah hidup yang penuh intrik.

Namun masa keemasan sejati datang pada 1293, saat Kerajaan Majapahit berdiri di Trowulan. Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit menjadi kerajaan besar yang menguasai hampir seluruh Nusantara. Panji-panji Majapahit menjadi simbol kejayaan masa lampau, yang hingga kini menjadi kebanggaan Jawa Timur.

Setelah Majapahit runtuh, masa kolonialisme datang. Kapal-kapal VOC Belanda berlabuh di pelabuhan Gresik, Surabaya, dan Pasuruan. Meski ditindas, rakyat tak tinggal diam. Di ladang, hutan, dan kota, perlawanan menyala. Jawa Timur menjadi salah satu pusat perlawanan rakyat terhadap penjajah.

Puncak semangat itu terlihat jelas pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Kota ini menjadi saksi heroisme arek-arek Suroboyo yang dengan gagah berani melawan pasukan Sekutu. Ledakan meriam, teriakan perjuangan, dan semangat tak gentar itu kini dikenang sebagai Hari Pahlawan—hari bersejarah bagi Indonesia dan khususnya bagi Surabaya, sang “Kota Pahlawan”.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Jawa Timur ditetapkan sebagai salah satu provinsi pertama di Indonesia. Surabaya menjadi ibu kota provinsi—pusat pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan. Kini, Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota, termasuk Pulau Madura yang terhubung dengan Surabaya lewat Jembatan Suramadu.

Kekayaan Jawa Timur bukan hanya pada sejarahnya, tapi juga pada kebudayaannya. Dari gemerlap Reog Ponorogo, teater rakyat ludruk, hingga suara gamelan di pedesaan—semuanya mencerminkan karakter masyarakat Jawa Timur yang lugas, tegas, dan penuh semangat. Tradisi dan modernitas hidup berdampingan, menciptakan identitas yang kuat dan membanggakan.

Hari Jadi Jawa Timur yang diperingati setiap 12 Oktober bukan sekadar seremonial. Ia adalah momentum untuk mengenang kejayaan masa lalu dan menyalakan semangat masa depan. Dari tanah yang pernah melahirkan Majapahit, kini tumbuh provinsi dengan peran strategis dalam ekonomi nasional. Surabaya berdiri sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta, menjadi pusat industri, pendidikan, dan perdagangan.

Jawa Timur bukan hanya nama di peta Indonesia. Ia adalah cerita panjang tentang kejayaan, perjuangan, dan kebanggaan. Dari masa Majapahit hingga Indonesia merdeka, dari pertempuran hingga perayaan hari jadi—semangat Jawa Timur akan terus menyala, seperti matahari yang tak pernah absen terbit dari timur.